27 December 2007

Ayah dan Kuda



Ini cerita tentang Kaka, tepatnya tentang kebiasaan Kaka akhir-akhir ini. Seperti apa ceritanya, kita mulai saja yuk!

Pagi hingga siang saat bunda kerja, biasanya Kaka sama ayah. Kalo lagi di kamar, Kaka tuh senengnya main kuda-kudaan. Ayah yang jadi kuda merangkak, sementara Kaka naik ke punggung ayah dan mulailah ayah merangkak berputar-putar di kamar.

Pekan lalu ayah dan bunda ke toko buku dan sempat membeli sebuah poster bergambar berbagai jenis binatang. Kaka seneng banget dengan itu poster. Nah, beberapa hari lalu kebetulan bunda gak ngantor alias libur. Bunda lantas ngetes Kaka.

”Halo Mas, kudanya mana?”

Kaka lantas nunjuk-nunjuk ayah sambil senyum-senyum.

Melihat hal itu, bunda nunjuk ke gambar kuda yang ada di poster sambil berkata, ”Ini kuda.” Kaka pun mengangguk berkali-kali.

Selang beberapa menit, bunda tanya lagi. ”Kudanya mana, Mas?” Lagi-lagi Kaka nunjuk ayah sambil senyum-senyum. Lantas bunda jelasin bahwa itu ayah, bukan kuda. Tapi sepertinya Kaka gak mo peduli dengan penjelasan bunda. Berkali-kali bunda jelasin bahwa yang ditunjuk Kaka bukan kuda, melainkan ayah. Kaka bersikeras bahwa gambar yang ada di poster yang ditunjuk bunda bukan kuda.

Ujung-ujungnya Kaka menangis. Rupanya dia marah. Oleh karena itu, bunda lantas bilang, ”Iya deh. Itu kuda.”

Mendengar kata-kata bunda, spontan tangis Kaka berhenti. Kaka senyum-senyum. Sesaat kemudian, Kaka sudah berada di atas punggung ”kuda” sambil terkekeh-kekeh.

2 comments:

satu aksi said...

keren pak...mirip...kata ibuku, anugrah terindah adalah kalau wajah sang anak mirip salah satu dari wajah orang tunya....*

* Ibuku bilang ke aku tentu saja menyebut "kalau mirip ayahnya"...kalau ke istriku bilang "kalau mirip ibunya"...hehehe....)

salam

nk, solo

Admin Blog said...

he... he... bisa aja bos. Ibu sampeyan emang pintar. Salam dari Semarang